Salin Artikel

Seni Kaca Asal Yogyakarta, Karyanya sampai Jepang dan Rusia

Pria lulusan desain produk ini telah menekuni seni kaca itu selama 10 tahun terahir. Awalnya pada 2011, ia magang di sebuah pabrik pembuat tabung kimia yang berukuran kecil.

Pabrik tersebut terletak di Condong Catur Sleman, pemiliknya merupakan ahli di bidang tabung kimia bernama almarhum Haji Sunaryo.

"Saya basic-nya belajar dari beliau (Haji Sunaryo), sampai saya dibuatkan alat bakar buatan beliau. Alat itu saya pakai belajar, dan eksplorasi mengembangkan teknik dengan referensi internet, karena di Indoneisa belum banyak," katanya ditemu di studionya Jalan Ngadimulyo, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Senin (2/28/2022).

Selain dirinya sebagai seniman kaca, di Bali juga sudah ada beberapa seniman kaca dengan metode tiup, tetapi metode yang digunakan berbeda dengannya. Ivan menggunakan metode Flame Working, yakni dengan cara melelehkan kaca.

Ivan, yang mengenakan kaos oranye, menghidupkan generator oksigen. Setelah itu, dia membuka tuas gas LPG 5 kg. Ia duduk di sebuah kursi, tak lama ia mulai menyulut korek untuk menghidupkan api yang digunakannya membuat karya seni yang terbuat dari kaca.

Memanfaatkan kaca bekas, Ivan memanasi kaca secara perlahan, memanaskan kaca dengan cara perlahan ini bertujuan agar kaca tidak pecah.

Saat kaca telah mulai panas dan membara berwarna merah dan mulai meleleh, dengan alat berbentuk seperti tang ia menarik kaca tadi hingga berbentuk batang kecil.

Dari kaca yang sudah berbentuk batangan ini, dipanaskan dan mulai dibentuk hingga berbentuk bermacam-macam. Ivan membentuk kaca ini hingga menyerupai daun, batang pohon, hingga berbentuk hewan jenis tawon dan serangga, serta patung atau miniatur.

"Batangan kaca itu saya panaskan lalu saya bentuk dikreasikan, batangan kaca ini saya buat sendiri nama metode ini flame working," ujar dia.

Saat bekerja ia selalu mengenakan kaca mata khusus untuk melindungi matanya, sekaligus agar dapat melhat scara jelas kaca yang akan dibentuk dengan cara dilelehkan itu.

Ia lebih banyak menggunakan kaca limbah, kaca yang sudah tidak digunakan seperti pecahan lemabaran kaca, kaca jendela, lemari, botol bekas, piring pecah. Walaupun saya juga sekarang mulai menggunakan kaca khusus glass art.

Waktu pengerjaannya relatif ada yang 15 menit, ada yang sampai berhari-hari, tergantung dari tingkat kerumitan karyanya.

Ivan yang telah belasan tahun berkecimpung di dunia seni kaca ini sering memamerkan karyanya baik itu di Indonesia atau di luar negeri seperti di Singapore, hingga Russia.

"Pernah juga kebetulan diundang ke Singapura, paling jauh itu di Rusia," katanya.

Saat menggelar pameran inilah karyanya sering mendapatkan apresiasi dari pecinta seni glass art. Apresiasi adalah berupa pembelian karya glass dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah.

Karyanya tidak hanya dinikmati oleh penikmat seni kaca dari Indonesia saja tetapi juga penikmat seni dari luar negeri. Karyanya ada yang dibeli oleh orang Jepang dan dibawa ke negeri matahari terbit itu.

"Karena saya di wilayah seni saya seringnya lewat pameran diapresiasi, ada yang dibawa pulang ke Jepang. Kalau lewat media sosial belum terlalu banyak, kalau aksesoris ratusan ribu bisa sampai jutaan karya seni ya macam-macam ada yang pernah diapresiasi kolektor puluhan juta pernah," kata dia.

Perkembangan seni kaca di Indonesia masih tertinggal dari luar negeri karena di luar sudah ada pemasok bahan dasar glass art seniman tinggal memilih jenis hingga warnanya.

"Kalau harus impor ya males banget. Kaca itu sebetulnya macam-macam," katanya.

Dalam membuat karya kaca ada kendala yang dihadapi karena setiap kaca berbeda-beda coefficient of expansion (COE), yakni tingkat sejauh mana kaca itu memuai dan menyusut.

"Jadi, nggak semua kaca itu COEnya sama. Kadang kaca warna merah COEnya berbeda titik lebur ya beda kalau terlalu panas gosong sehingga warna berubah." kata dia.

Karya-karya buatannya banyak yang menggunakan warna kaca berbeda-beda hingga membuat heran seniman-seniman yang ada di dalam negeri maupun luar negeri.

"Banyak yang tanya-tanya, sudah 10 tahun jadi saya hafal mana yang cocok dan tidak," kata dia.

Ke depan, ia berencana membuat pameran di Turki pada Oktober mendatang. Dia berharap rencana pameran itu jadi diselenggarakan. Selain membuat pameran ia juga ingin mencuri ilmu glass art dari Turki.

"Di Turki itu masih ada yang pakai metode tradisional kalau disini ada yang pakai gas metana, gas LPG, di sana melelehkan kaca ada yang masih pakai kayu bakar. Jadi, ingin lihat langsung," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/03/01/113543378/seni-kaca-asal-yogyakarta-karyanya-sampai-jepang-dan-rusia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke