Salin Artikel

Imbauan Bus tak Melintas di Bukit Bego Akhir Pekan, Begini Tanggapan Pengelola Wisata dan Relawan Pasang Ban

Imbauan itu mendapat tanggapan pengelola wisata di Mangunan, dan masyarakat sekitarnya.

Ketua Koperasi Notowono, yang mengelola sejumlah objek wisata di Kapanewon Dlingo Purwo Harsono mengaku sudah mendengar informasi mengenai imbauan tersebut, dan dirinya mengikuti saja.

Hanya saja, pria yang disapa Ipung ini mengaku selama ini kawasan tersebut banyak dilalui bus besar, dan sebagian besar aman.

Sebab, jalur yang sudah cukup lebar dengan banyaknya rambu juga sudah dites organisasi angkutan darat (organda).

"Kalau berbicara jalur, kemudian dianggap jalur berbahaya tidak layak dilewati. Ini saya membuka data November (2021) sampai sekarang saja ada 1.312 bus naik dan aman-aman saja. Artinya kan belum tentu itu faktor dari jalur," kata Ipung saat dihubungi wartawan melalui sambungan telepon Selasa (8/2/2022).

Ipung mencontohkan, laka sebelumnya diawali bus mengalami kendala sebelum akhirnya terperosok, dan hari Minggu kemarin juga mengalami yang sama.

Untuk itu dibanding larangan, Ipung berharap pemerintah menyarankan untuk PO Bus memastikan kondisi bus sebelum berangkat.

Jangan sampai bus yang tidak layak masih dibiarkan beroperasi, karena bisa membahayakan penumpang.

"Jangan sampai bus buatan lama dipaksakan dipakai. Jika terjadi seperti ini kami juga dirugikan to. Artinya kita tidak serta-merta terus ngeyel bahwa jalur ini aman, tidak, saya tidak seperti itu. Tapi saya kepingin dibuka hal sebenarnya, penyebabnya human errornya driver, kendaraan tidak layak atau karena jalur," kata Ipung.

Memasang ban bekas untuk mengurangi tumbukan

Warga dan sukarelawan berinisiatif memasang ban di jalur maut Dlingo-Imogiri sebagai antisipasi kecelakaan parah terulang.

Perwakilan relawan Rus Susanto mengatakan, pemasangan ban di sepanjang selokan tebing batu Bukit Bego, dan ditargetkan ada 1.000 ban bekas yang dipasang.

Sampai siang tadi pihaknya berhasil mengumpulkan 500 ban, yang diperoleh dari warga, pengumpulan diumumkan di media sosial.

"Kami berinisiatif supaya kecelakaan parah seperti kemarin tidak terulang lagi," kata Rus

Pemasangan ban nantinya akan mengikuti selokan yang terdapat sepanjang tebing Bukit Bego, sehingga jika terjadi tumbukan bisa diredam.

Menurut dia, sebelum ada talud kendaraan yang blong bisa langsung menabrak gundukan tanah. 

"Titik sini (talud sekitar bukit bego) memang paling rawan karena kontur jalan dari timur yang menurun sepanjang satu kilometer," kata dia.

Anggota SAR DIY Bondan menambahkan, usulan pemasangan ban ini tercetus dari pemasangan ban di Gunungkidul, dan rencananya akan dipasang dua tingkat sebagai peredam tumbukan sepanjang 200 meter.

"Perkiraan dibutuhkan 20 hari untuk pemasangan, ban akan diberi lubang untuk menghundari genangan, dan dicat," kata dia.

Kepala Dinas Perhubungan Bantul Aris Suhariyanta mengatakan, mengapresiasi yang dilakukan relawan dan warga untuk memasang ban di sekitar bukit Bego.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan Dishub DIY terkait pemasangan ban yang ideal, dan jangan sampai menimbulkan permasalahan baru. 

"Nanti kita rekayasa akan seperti apa, agar jangan sampai adanya ban ini mengganggu arus. Harapan kita nanti pemasangan ban menempel di dinding tebing bukan di badan jalan. Cuma teknisnya harus dibicarakan dengan orang yang berkompeten," kata Aris.

Selain itu, pihaknya juga akan berkoordinasi tentang pembuatan jalur penyelamatan Imogiri-Dlingo dengan pemerintah DIY.

Sebelumnya, polisi mengimbau bus berukuran besar dilarang melintas saat akhir pekan di Jalur Imogiri-Dlingo pasca kecelakaan yang menyebabkan 13 orang tewas.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/02/09/050700278/imbauan-bus-tak-melintas-di-bukit-bego-akhir-pekan-begini-tanggapan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke