Salin Artikel

Kerajaan-kerajaan yang Pernah Pindah Ibu Kota, dari Majapahit hingga Mataram Islam

Di masa lalu, beberapa kerajaan terutama di Tanah Jawa juga melakukan perpindahan Ibu Kota.

Beberapa kerajaan yang melakukan pemindahan ibu kota umumnya dilatarbelakangi oleh peperangan.

Selain itu, ada pula kerajaan yang berpindah pusat pemerintahan atau ibu kota karena adanya bencana alam seperti gunung meletus.

Berikut beberapa kerajaan yang pernah pindah ibu kota di masa lalu:

1. Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno menjadi salah satu kerajaan yang pernah memindahkan ibu kota dari satu tempat ke tempat lain.

Kerajaan ini didirikan oleh Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya pada tahun 732 Masehi, di daerah yang dikenal dengan nama Poh Pitu.

Di masa sekarang, Poh Pitu diyakini berada di Jawa Tengah, tepatnya daerah Kedu yang mencakup Magelang, hingga Yogyakarta.

Pemindahan ibu kota pertama kali dilakukan oleh pengganti Ratu Sanjaya yaitu Rakai Panangkaran.

Saat itu, pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno dipindah ke daerah timur, yang diyakini di sekitar Sragen atau Purwodadi.

Namun kerajaan ini lantas terpecah jadi dua pada masa sepeninggal Rakai Panangkaran. Keduanya adalah Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra.

Dinasti Sanjaya berpusat di Jawa Tengah bagian utara, sementara Dinasti Syailendra berpusat di Jawa Tengah bagian selatan.

Pada tahun 929 Masehi, saat Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh Mpu Sindok, pusat pemerintahan dipindah ke daerah Jawa Timur.

Di Jawa Timur, Mpu Sindok mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isyana. Kerajaan Mataram Kuno pun lebih dikenal dengan Kerajaan Medang.

Beberapa ahli menyebutkan, pemindahan ke Jawa Timur ini disebabkan oleh bencana alam yaitu meletusnya Gunung Merapi.

Selain itu ada pula yang meyakini pemindahan ibu kota karena alasan politik dan keamanan.

2. Kerajaan Kahuripan

Kerajaan Kahuripan didirikan oleh Raja Airlangga setelah keruntuhan Kerajaan Medang.

Di akhir masa Kerajaan Medang terjadi peperangan besar melawan Raja Wurawuri dari Lwaram yang merupakan sekutu Kerajaan Sriwijaya.

Saat itu Kerajaan Medang dipimpin oleh Raja Dharmawangsa Teguh. Raja ini turut terbunuh dalam serangan Raja Wuraruri.

Airlangga sendiri merupakan keponakan sekaligus menantu Dharmawangsa Teguh. Dia berhasil menyelamatkan diri.

Tiga tahun kemudian Airlangga dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa.

Kerajaan baru ini berlokasi di Watan yang menjadi reruntuhan Kerajaan Medan. Watan diyakini berada di sekitar Madiun.

Pada tahun 1032, Raja Airlangga memindahkan pusat kerajaan ke daerah Kahuripan, sehingga dikenal dengan Kerajaan Kahuripan.

Diduga wilayah Kahuripan ini sekarang masuk daerah Sidoarjo atau Surabaya.

Dalam perkembangannya, Raja Airlangga menghancurkan kerajaan-kerajaan yang bersekongkol dengan Wurawuri saat menghancurkan Medang dulu.

Setelah itu, Raja Airlangga memindahkan kembali ibu kota kerajaan ke Daha, yang dipercaya sebagai Kediri saat ini.

3. Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293, dan bergelar Sri Kertarajasa Jayawardhana.

Awal mula Kerajaan Majapahit didirikan yaitu di Hutan Tarik atau Trik, di dekat delta sungai Brantas.

Lokasi Hutan Tarik sendiri saat ini diyakini berada di Dusun Kedungklnter, Desa Kedungbocok, Kecamatan Tarik, Sidoarjo.

Di dusun tersebut ditemukan sejumlah situ yang diduga merupakan cikal bakal Kerajaan Majapahit.

Dalam perkembangan berikutnya, pusat Kerajaan Majapahit dipindah ke Trowulan Mojokerto.

4. Kerajaan Mataram Islam

Berdasarkan keterangan dalam Babad Tanah Jawi, Mataram Islam ini didirikan Panembahan Senapati di Kuta Gede, atau Kota Gede, Yogyakarta sekarang.

Daerah itu dulunya adalah Alas Mentaok, sebuah daerah yang menjadi hadiah dari Sultan Hadiwijaya dari Pajang kepada Ki Ageng Pemanahan, ayah Panembahan Senapati.

Kerajaan ini berpindah ibu kota beberapa kali. Pertama dari Kuta Gede dipindah ke Karta oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Berikutnya, ibu kota Mataram Islam dari Karta dipindah ke Plered. Keraton di Plered ini hancur saat ada pemberontakan Trunajaya.

Dalam pemberontakan itu, penguasa Mataram Islam yaitu Amangkurat I harus melarikan diri ke Tegal Arum di Bangumas.

Setelah pemberontakan mereda, penerus Amangkurat I membangun kembali kerajaan, dengan ibu kotanya dipindah ke daerah Wanakarta, yang kemudian dikenal dengan nama Kartasura.

Keraton di Kartasura pada akhirnya juga hancur saat terjadi pemberontakan Sunan Kuning, atau dalam peristiwa Geger Pecinan.

Penguasa Mataram Islam Kartasura saat itu, yaitu Pakubuwono II harus mengungsi ke Ponorogo untuk beberapa waktu lamanya.

Setelah pemberontakan berhasil diredam, Pakubuwono II kembali ke Kartasura. Namun kondisi keraton saat itu sudah hancur dan tidak layak digunakan.

Maka Pakubuwono II memerintahkan pembangunan keraton baru, dengan pusatnya dipindah ke desa Sala, yang kemudian dikenal dengan Surakarta.

Sumber:
Kompas.com
Olthof (1941). Babad Tanah Jawi, hal. 195-345.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/01/20/123749178/kerajaan-kerajaan-yang-pernah-pindah-ibu-kota-dari-majapahit-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke