Salin Artikel

Ridwan Kamil soal Survei Elektabilitas: Hanya Menghitung Mood, Mood Warga Hari Ini

Kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) baru akan digelar pada 2024. Tapi, nama-nama calon yang bakal maju sudah mulai diperbincangkan.

Ridwan Kamil menerangkan, tanpa diminta survei akan tetap digelar. Menurutnya, jajak pendapat itu tak mencerminkan hasil akhir.

"Itu hanya presepsi hari ini," ujar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di acara Fisipol Leadership Forum Road to 2024 Seri #I , Kamis (02/12/2021).

Dalam acara yang digelar oleh Fisipol UGM tersebut, gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu menceritakan pengalamannya saat Pilkada Wali Kota Bandung.

Saat itu, Emil yang berpasangan dengan Oded Mohamad Danial itu tidak diunggulkan menurut hasil survei elektabilitas.

"Pada waktu Pilwalkot Bandung saya itu mulai dari 6 persen lho. Anda 6 persen kok PD (percaya diri) PD-nya maju Wali kota Bandung?. Kalau memercayai surveinya di momen itu pasti saya tidak akan ikutan," ucapnya.

Wali kota periode 2013 sampai 2018 itu mengatakan, meski di awal elektabilitasnya rendah, saat pencoblosan survei naik menjadi 45 persen.

Dari pengalaman itu, Ridwan Kamil memandang survei dengan hasil akhir tidaklah identik. Sebab ada kerja-kerja politik para pasangan calon yang tidak terbaca sehingga belum dihitung oleh survei.

"Survei itu hanya menghitung mood, mood warga hari ini," tegas gubernur berusia 50 tahun tersebut.

Ridwan Kamil kemudian kembali mencontohkan hasil survei terhadap salah satu pesaingnya saat Pilgub Jawa Barat.

Saat itu, jajak pendapat H-3 pencoblosan hanya 12 persen, kemudian saat hari pemilihan naik menjadi 29 persen.

"Jadi, dalam tiga hari ada kerja-kerja politik yang tidak terbaca oleh survei. Saya sampaikan sebagai orang yang disurvei, bahwa survei hari ini tidak serta merta mencerminkan hasil akhir di pesta demokrasi," tandasnya.

Berbeda halnya ketika survei calon yang sudah berpasangan. Ridwan Kamil menilai survei calon yang telah berpasangan akan lebih relevan.

Menurut Kang Emil, survei tersebut akan lebih relevan jika si calon sudah mengumumkan siapa pasangannya.

"Survei itu lebih relevan kalau sudah pasangan, kalau sekarang kan dibanding-banding 1,2,3 padahal nanti si rangking 1 survei hari ini digabung berpasangan dengan nomor 5, rangking 2 pasangan nomor 3, baru itu relevan surveinya, karena sudah bentuknya sebagai pasangan. Jadi Belanda masih jauh, kira-kira begitu," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2021/12/03/111851378/ridwan-kamil-soal-survei-elektabilitas-hanya-menghitung-mood-mood-warga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke