Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Murid SD di Kampung Sunyi Terpencil di Kulon Progo, Melintasi Bukit dan Tebing demi Pergi ke Sekolah

Kompas.com - 31/05/2023, 13:30 WIB
Dani Julius Zebua,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Hawa dingin pagi hari hal biasa di dataran tinggi seperti Pedukuhan Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dewi Septiani (12) melawan hawa dingin itu dengan semangat ingin sekolah.

Septi sudah berkemas sejak pukul 05.00 WIB, untuk berangkat pukul 06.00 WIB. Selanjutnya, ia jalan kaki dari rumah ke muara gang di pinggir jalan dusun yang letaknya jauh di atas bukit.

“Satu setengah kilo. Yang antar ayah. Sekolah di (dusun) Parakan, SD Kutogiri,” kata Septi, panggilan Dewi Septiani, di rumahnya, Selasa (30/5/2023).

Baca juga: Watu Belah, Dusun yang Jalan Utamanya Rusak dan Berbatu-batu Hampir 10 Tahun

Septi masih kelas tiga di Sekolah Dasar Kutogiri pada Pedukuhan Parakan.

Ia hidup bersama ayah, ibu dan kakaknya yang sudah bekerja di pinggiran Kabupaten Bantul. Mereka tinggal di lereng bukit di Watu Belah. Di sana ada Sumiran (49), ayahnya, lalu ibunya yang bernama Sugiyanti (50), dan kakaknya Agus Harwanto (24).

Sepi dan lengang menjadi teman sehari-hari keluarga ini. Pasalnya, mereka satu-satunya keluarga yang hidup pada kemiringan bukit Watu Belah. Rumah mereka terpisah jauh dari perkampungan ramai penduduk Waktu Belah. Keluarga Sumiran jadi seperti terpencil.

Tidak ada jalan umum yang bisa dilintasi kendaraan menuju ke sana. Untuk sampai ke rumah ini, siapa saja harus jalan kaki lewat jalan setapak ekstrem, yakni pinggir tebing yang bersebelahan dengan jurang dengan kedalaman lebih dari 10 meter.

Jalan setapak selebar badan orang dewasa terentang antara 1,5 - 2 kilometer. Jalan ini tanah penuh batu hitam mencuat. Bila tidak hati-hati, kaki bisa tersandung batu ataulah terpeleset.

Jalan setapak berkelok kelok, menurun tajam ataulah menanjak terjal mengikuti kontur bbukit Hutan bambu dan kebun pohon kayu keras tidak terawat serasa hutan jadi pemandangan utama.

Baca juga: Video Viral Satu-satunya SD di Desa Terpencil Kuningan Jabar Rusak Parah

Setengah perjalanan, ada jembatan anyaman bambu untuk menyeberang sungai dengan dasar batu andesit.

Perjalanan menantang. Bagi warga setempat yang sudah biasa, tetap saja mandi keringat.

Septi selalu melewati jalan seperti ini setiap berangkat atau pulang sekolah. Hujan pun tetap berangkat sekolah. Butuh setidaknya hampir satu jam jalan kaki menuju pinggir jalan dusun. Di pinggir jalan dusun, Sumiran dan Septi melanjutkan naik motor ke sekolah.

“Dia selalu jalan dari bawah ke atas. Kalau becek biasanya digendong. Lebih sering jalan sendiri,” kata Sumiran.

Septi mengaku tetap semangat untuk sekolah meski penuh tantangan di daerah terpencil. Ia bercita-cita jadi pelukis mengikuti hobi ibunya yang suka menggambar meski dalam keterbatasan.

Dewi Septiani (12) Pedukuhan Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia dan keluarganya tinggal di kampung terpencil di Watu Belah.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Dewi Septiani (12) Pedukuhan Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ia dan keluarganya tinggal di kampung terpencil di Watu Belah.

Ia punya ruang khusus belajar di dalam rumah kayu beralas tanah. Jeriken 50 liter jadi tempat duduk saat belajar. Di ruang itu, ia suka menggambar dan mewarnai.

Baca juga: Longsor Terjang Wilayah Terpencil di Jayawijaya, 3 Warga Dikabarkan Tewas Tertimbun

Halaman:


Terkini Lainnya

Ganjar Pindah ke Sleman, Sering Lari Pagi dan Bersepeda

Ganjar Pindah ke Sleman, Sering Lari Pagi dan Bersepeda

Yogyakarta
Hilang di Sungai Oya Gunungkidul, Siswa SD Dicari Menggunakan Drone

Hilang di Sungai Oya Gunungkidul, Siswa SD Dicari Menggunakan Drone

Yogyakarta
30 Kilogram Bahan Petasan di Bantul Disita, 3 Orang Ditangkap

30 Kilogram Bahan Petasan di Bantul Disita, 3 Orang Ditangkap

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 29 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Ratusan Hewan di Gunungkidul Divaksinasi Antraks

Ratusan Hewan di Gunungkidul Divaksinasi Antraks

Yogyakarta
Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Tengah, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Tengah, 29 Maret 2024

Yogyakarta
Yogyakarta Peringkat Empat Tujuan Mudik Lebaran, Polda DIY Siapkan Rekayasa Lalu Lintas

Yogyakarta Peringkat Empat Tujuan Mudik Lebaran, Polda DIY Siapkan Rekayasa Lalu Lintas

Yogyakarta
Kantor Disnakertrans DIY Digeruduk Massa, Didesak soal Penerbitan SE Gubernur untuk THR bagi Ojol dan PRT

Kantor Disnakertrans DIY Digeruduk Massa, Didesak soal Penerbitan SE Gubernur untuk THR bagi Ojol dan PRT

Yogyakarta
Saat Ganjar Pranowo Resmi Ber-KTP Sleman...

Saat Ganjar Pranowo Resmi Ber-KTP Sleman...

Yogyakarta
Jelang Lebaran, Polres Gunungkidul Siapkan Satgas Ganjal Ban

Jelang Lebaran, Polres Gunungkidul Siapkan Satgas Ganjal Ban

Yogyakarta
Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Yogyakarta
Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Yogyakarta
Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, 'Ngeyel' Bakal Dicopot

Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, "Ngeyel" Bakal Dicopot

Yogyakarta
Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com