YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Usai melaksanakan ijab qabul Kaesang Pangarep dan Erina Gudono melanjutkan prosesi adat nikah Yogyakarta yakni prosesi adat panggih. Dalam prosesi ini diiringi dengan Ladran Kemanten.
Dalam prosesi Panggih ini Erina telah mengganti busananya dengan kebaya berwarna kuning keemasan dan masih menggunakan paes ageng Yogyakarta.
Erina berjalan di depan Pelaminan, lalu disusul oleh Kaesang Pangarep. Dari pelaminan kedua mempelai diiringi bregada menuju Pendopo Agung Royal Ambarrukmo.
Baca juga: Alasan Jokowi Tidak Menerima Sumbangan di Pernikahan Kaesang-Erina
Jika sebelumnya Erina menaiki kereta kuda, di upacara panggih ini giliran Kaesang yang menaikinya menuju Pendopo Royal Ambarrukmo.
"Panggih pengantin tradisi Yogyakarta, Kaesang Pangarep turun dari kereta yang ditarik dari kuda putih sebagai lambang pasangan," kata Pembawa Acara Wigung Wratsangka.
Sebelumnya Wigung sempat menjelaskan proses ada yang akan dijalani Kaesang dan Erina setelah akad nikah yakni ada panggih Yogyakarta.
Upacara adat panggih Yogyakarta mengacu pada Keraton Yogyakarta. Tetapi dalam upacara ini, Wigung menegaskan terdapat perbedaan antara yang dilakukan oleh masyarakat dengan yang dilakukan oleh kerabat Keraton Yogyakarta.
"Ada perubahan dan perkembangan yang tentu berbeda dengan keraton karena ini yang menyelenggarakan masyarakat umum," ujar dia.
Wigung menjelaskan upacara budaya panggih pengantin dalam tradisi adat pengangin Yogyakarta dimulai dengan penyerahan pisang sanggan. Pisang sanggan memiliki arti sebagai simbol permohonan agar kedua mempelai dipertemukan dengan acara budaya.
"Peraganya kita mengacu pada keraton yaitu tetap pada keluarga mempelai putri. Sementara ini banyak masyarakat umum yang menyerahkan pisang sanggan itu dari pihak putra. Tetapi kalau kita mengacu pada keraton maka sepenuhnya wewenang menyelanggarakan upacara panggih itu ada di pihak putri. Sing kagungan kerso pihak putri (yang punya keinginan pihak putri). Oleh karena itu Pak Jokowi juga akan berada dalam posisi tamu dan berada di sebelah kiri pengantin," jelasnya.
"Jadi yang menyerahkan dari pihak putri pisang sanggan sebagai simbol kata, mohon pengantin putri dan pengantin putra dipertemukan dalam upacara panggih pengantin Yogyakarta," lanjutnya.
Baca juga: Jelang Upacara Adat Ngunduh Mantu, Loji Gandrung Mulai Dihias dan Dijaga Petugas
Pisang sanggan itu nantinya diserahkan ibu pengantin putri kepada putrinya yang lain. Hal ini dilakukan untuk menjemput pengantin putri. Setelah itu dilanjutkan dengan prosesi kembar mayang sebagai penanda pernikahan gadis dan perjaka.
"Jadi kalau untuk gadis dan perjaka itu tandanya ada kembar mayang. Kalau pengantin Yogyakarta kembar mayangnya ketemu kemudian keluar semua," ungkapnya.
"Tapi kalau upacara panggih Surakarta kembar mayang dari nganten putri masuk. Kemudian kembar mayang penganten putra diterima masuk baru panggih itu bedanya," lanjutnya.
Setelah itu kedua mempelai saling mendekat. Dalam hal ini pengantrin putra membawa 4 gulungan daun sirih yang diikat benang putih. Sementara pengantin putri membawa 3 gulungan. Dia mengatakan pengantin putra yang memulai dan mengakhiri pemeparan daun sirih tersebut.
Baca juga: Ekspresi Lega Kaesang Usai Ijab Kabul: Alhamdulillah