Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkait Kasus Sambo dan Teddy Minahasa, Agum Gumelar: Jangan Kita Bertepuk Tangan di Atas Keprihatinan Satu Angkatan

Kompas.com - 20/10/2022, 20:02 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas RI (IKAL), Jenderal TNI (Purn) Agum Gumelar meminta masyarakat agar tak bersenang-senang di atas penderitaan orang lain, merespons kasus yang tengah membelit Ferdy Sambo dan Teddy Minahasa.

Agum menyampaikan bahwa Republik Indonesia mengandalkan TNI dan Polri sebagai jaminan tetap kokohnya Republik Indonesia. Oleh sebab itu, Agum mengimbau masyarakat agar tidak mudah termakan isu-isu yang belum tentu benar yang bertujuan memecah belah bangsa.

"Kalau satu angkatan mengalami keprihatinan, seperti yang sekarang terjadi di unsur kepolisian, ada kasus Ferdy Sambo ada kasus Tedy itu keprihatinan bagi Polri, keprihatinan ini adalah keprihatinan bersama kita, keprihatinan angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara. Jangan kita bertepuk tangan di atas keprihatinan satu angkatan kalau kita ingin bangsa ini tetap kokoh," katanya, Kamis (20/10/2022).

Baca juga: Pengacara: Bripka RR Satu-Satunya Terdakwa yang Berani Tolak Perintah Ferdy Sambo untuk Tembak Brigadir J

Dia menambahkan isu-isu yang disebar di masyarakat seperti propaganda bahwa polisi adalah musuh rakyat dan tentara adalah sahabat rakyat. Isu-isu seperti ini seharusnya menurut dia tidak ditelan mentah-mentah oleh masyarakat.

"NKRI mengandalkan TNI dan Polri, maka upaya ini berlangsung intens masif demo, yang lalu, hati-hati tentara adalah sahabat kita, polisi adalah musuh kita, jangan termakan isu ini, ini upaya memecah bangsa," jelas dia.

Selain kasus Ferdy Sambo dan Teddy Minahasa, saat angkatan laut kapal selamnya tenggelam juga menjadi keprihatinan bersama. Solidaritas ini yang menurut Agum Gumelar harus tetap dijaga untuk keutuhan NKRI.

"Jadi selama ini dicanangkan, soliditas TNI dan Polri adalah jaminan tetap kokohnya NKRI. Sebesar apapun ancaman selama TNI Polri solid tak akan mampu menggoyahkan negara, itu yang harus kita simak bersama," kata dia.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menambahkan, untuk menjaga keutuhan bangsa semboyan Bhinneka Tunggal Ika harus dipahami secara utuh.

"Kita ini hanya mengakui sebelah saja pokoknya berbeda-beda harus satu tetapi yang satu itu tidak pernah mengakui yang berbeda-beda, itu tidak pernah kita utarakan," papar Sultan.

Baca juga: Beredar Pesan Teddy Minahasa Bantah Edarkan Narkoba, Polda Metro: Kami Siap Diuji di Pengadilan...

Menurut Sultan perlu adanya perubahan pemahaman secara utuh bahwa yang berbeda-beda tetapi satu, tetapi yang satu juga mengakui perbedaan.

"Itu saya sampaikan karena kita maritim bukan kontinental, kalau kontinental itu bicara mayoritas minoritas. Kalau maritim gak bicara itu yang minoritas maupun mayoritas diakui dalam konstitusi," ucap dia.

Sultan mencontohkan akan menjadi sulit saat bicara mayoritas harus tunduk kepada agama mayoritas, atau penduduknya mayoritas. Padahal menurut Sultan minoritas juga diakui oleh negara yang diwujudkan dengan lambang megara dengan undang-undang.

Sultan bercerita saat dirinya berdialog dengan mahasiswa, mahasiswa menyampaikan kepadanya bahwa tidak bisa menggunakan bahasa Jawa dengan baik.

"Saya sampaikan teman-teman kampus saat itu bicara 'Sultan mohon maaf tidak bisa bahasa jawa dengan baik'. Loh kamu bicara sama saya nggak harus pakai Bahasa Jawa, ya kan kamu enggak perlu jadi orang Jawa salah kamu jadi orang Jawa," ucap Sultan.

Baca juga: Dalam Eksepsi, Bharada E Disebut Lihat Wajah Bripka RR Pucat Usai Diminta Ferdy Sambo Tembak Brigadir J

Sultan menambahkan mahasiswa dari Ambon, Papua, Sunda dan daerah-daerah lain tidak perlu menjadi orang Jawa saat berkuliah di Yogyakarta, yang terpenting adalah menjadi orang Ambon, Papua, Sunda yang baik.

"Dari Ambon, Papua, Sunda ya jadi orang Ambon, Papua, Sunda yang baik. Perkara bisa Bahasa Jawa kebetulan sekolah di Jogja karena suku kamu juga diakui oleh negara ini, ini yang sering saya dapatkan saat dialog," beber Sultan.

Contoh lainnya adalah saat Sultan menghadiri seminar di Papua, saat membuka seminar panitia membukanya dengan pemukulan Gong. Hal ini dinilai Sultan tidak pas, karena seharusnya yang digunakan untuk membuka acara bukan pemukulan gong tetapi pemukulan Tifa.

"Di Papua yang ditabuh kok gong, mestinya kan tifa. Itukan maunya orang Jawa itu kan gitu," imbuh dia.

"Kira-kira contoh seperti itu yang sering terjadi kelihatannya kecil tapi sangat menentukan," timpal Sultan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Tengah, 29 Maret 2024

Jadwal Imsak dan Buka Puasa di Jawa Tengah, 29 Maret 2024

Yogyakarta
Yogyakarta Peringkat Empat Tujuan Mudik Lebaran, Polda DIY Siapkan Rekayasa Lalu Lintas

Yogyakarta Peringkat Empat Tujuan Mudik Lebaran, Polda DIY Siapkan Rekayasa Lalu Lintas

Yogyakarta
Kantor Disnakertrans DIY Digeruduk Massa, Didesak soal Penerbitan SE Gubernur untuk THR bagi Ojol dan PRT

Kantor Disnakertrans DIY Digeruduk Massa, Didesak soal Penerbitan SE Gubernur untuk THR bagi Ojol dan PRT

Yogyakarta
Saat Ganjar Pranowo Resmi Ber-KTP Sleman...

Saat Ganjar Pranowo Resmi Ber-KTP Sleman...

Yogyakarta
Jelang Lebaran, Polres Gunungkidul Siapkan Satgas Ganjal Ban

Jelang Lebaran, Polres Gunungkidul Siapkan Satgas Ganjal Ban

Yogyakarta
Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Yogyakarta
Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Yogyakarta
Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, 'Ngeyel' Bakal Dicopot

Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, "Ngeyel" Bakal Dicopot

Yogyakarta
Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Yogyakarta
Puluhan Lurah di Kulon Progo Bingung Isi LHKPN

Puluhan Lurah di Kulon Progo Bingung Isi LHKPN

Yogyakarta
Saat Pantai Parangtritis Jadi Pantai Paling Berbahaya di Yogyakarta...

Saat Pantai Parangtritis Jadi Pantai Paling Berbahaya di Yogyakarta...

Yogyakarta
Soal Kasus Ferienjob, Menkopolhukam Segera Bentuk Tim Khusus

Soal Kasus Ferienjob, Menkopolhukam Segera Bentuk Tim Khusus

Yogyakarta
Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis

Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com